by on September 1, 2016
483 views

Makna Filosofis Kearifan Lokal Dalam Pembangunan

Indonesia merupakan negara yang memiliki ragam kekayaan budaya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap budaya yang berkembang memiliki ciri khas tersendiri daerah masing-masing, budaya bisa pula timbul karena pengaruh lingkungan alam yang membentuk sebuah kebiasaan masyarakatnya. Kebiasaan tersebut meliputi cara berpakaian, bentuk rumah, mata pencaharian, hingga pembentukan karakter masyarakat dapat terbentuk dari budaya. Budaya yang tidak terlepas dari lingkungan . tar tentunya mempunyai mata rantai yang saling berkaitan terutama bagaimana budaya dan alam menjadi dua unsur yang saling mengayomi. Alam karunia Tuhan telah banyak memberikan banyak manfaat bagi masyarakat maka sebagai timbal baliknya masyarakat memperlakukan alam layaknya bagian keluarga yang harus diberikan perhatian. Apabila kita berkunjung ke daerah-daerah di Indonesia sering kita jumpai masyarakat yang masih memegang teguh budayanya dalam upaya melestarikan alam seperti menerapkan zonasi pada kawasan hutan, mengadakan ritual saat menanam dan memanen padi. Hal tersebut merupakan bagian eksistensi dari kearifan lokal masyarakat bangsa Indonesia ditengah arus globalisasi saat ini. Pada saat ini pembangunan nasional dan global cenderung tidak mempertimbangkan aspek alam sebagai aset yang seharusnya berkelanjutan yakni terpenuhinya kebutuhan pembangunan saat ini tanpa mengabaikan dimensi kebutuhan pembangunan pada generasi yang akan datang. Dengan demikian aspek kearifan lokal dapat menjadi cerminan filosofis bahwa sebenarnya manusia merupakan bagian dari alam yang peradabannya tergantung pada sikap memperlakukan alam secara komprehensif. Di tengah hingar bingarnya pembangunan berorientasi ekonomi seharusnya kita dapat menengok sejenak bahwa kehidupan tidak hanya terbatas pada kepuasan dan keuntungan materi namun keseimbangan dan cakrawala jauh ke depan harus dianalisa pula yaitu memperhitungkan skenario kebutuhan anak cucu kelak yang pasti akan membutuhkan modal sumberdaya alam juga bagi pembangunan selanjutnya. Dalam paradigma global dan teknologi, kearifan lokal terkesan hanyalah sebuah aliran yang tidak dinamis dan tidak terbuka menerima perubahan perkembangan zaman namun jauh dari pola pandang tersebut kearifan lokal merupakan pengendali yang bijaksana bagi nafsu manusia terhadap modal sumberdaya alam yang dieksploitasi secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan dampak keberlangsungan masa depan. Oleh sebab kearifan lokal selain sebagai bagian dari keragaman budaya Indonesia juga secara akademis dapat dikaji sebagai bagian dari upaya dalam melestarikan alam dan lingkungan karena telah banyak kalangan peneliti yang mengambil point ilmiah dari kearifan lokal sebagai bahan materi riset dalam variabel pembangunan yang keberlanjutan. Meski ada sebagian yang memandang kearifan lokal masih memegang kepercayaan yang sudah jauh ditinggalkan oleh masyrakat modern namun dibalik itu semua terdapat nilai ekologis yang sangat bermanfaat. Seperti sistem perairan subak di Bali yang diadopsi dari makna filosofis Tri Hita Karana yakni kecakapan untuk memelihara hubungan baik dengan tiga unsur kehidupan yang mutlak saling berkaitan yaitu Parhyangan (Tuhan), Pawongan (manusia), Palemahan (alam). Walaupun kekhwatiran konversi lahan pesawahan di Bali untuk pembangunan kawasan resort sangat besar namun setidaknya kembali pada ajaran pendalaman filosofi subak tentunya setiap manusia akan menyadari bahwa hubungan ideal antara ketiga unsur tersebut jangan sampai terputus rantainya sebab akan menghasilkan kepincangan pembangunan akhirnya. Bagaimanapun pembangunan bukan semanta tentang infrastruktur namun pembangunan sejatinya harus selaras pula dengan faktor internal dan eksternal manusia yang terdiri dari jiwa dan raga yang senantiasa harus diseimbangkan melalui kontemplasi hakikat kehidupan. Maka pembangunan hendaknya dilakukan secara holistik dan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek kearifan lokal sehingga akan terbangun kemajuan yang berkeadilan dalam aspek ekonomi,socsal dan budaya. Pada akhirnya tanpa menghindari arus perkembangan pembangunan yang niscaya akan selalu terjadi selama peradaban manusia masih ada maka kearifan lokal hendaknya menjadi border bijaksana yang menepuk pundak kita agar tersadar akan makna keseimbangan.
Be the first person to like this.
Hamsyah
Yup paragraf terakhir setuju banget, harus mulai dipupuk dari kecil biar kearifan lokal kembali jaadi salah satu tonggak penyeimbang dimasa depan.
Like September 25, 2016