Khipti Fatimah
by on December 27, 2016
1,062 views
'' Jangan dikasih gadget nanti jadi aneh, kaya anaknya si ini lho........''
Itulah kata ibu-ibu yang khawatir melihat gadget dipegang anak-anak. Tapi nyatanya, gadget menjamur dimana-mana. Bahkan kini anak umur setahun sudah pandai memainkannya. Lihat saja tak satupun orang tua masa kini yang tidak pernah pegang menyentuh gadget.
Sudah banyak cerita anak-anak yang maniak gadget prestasinya menurun, tidak punya teman, dan autis. Sepertinya gadget mengendalikan semua orang termasuk anak-anak.
Seorang anak perempuan berusia 4 tahun belum dapat berbicara dengan lancar. Penyebabnya karena ia diberi hak untuk bermain gadget. Ia bermain game setiap hari hingga tak ada waktu bermain keluar. Interaksinya pun kurang baik. Itulah sebabnya ia mengalami keterlambatan berbicara.
Nah, ibu hebat...
Apakah anak kita termasuk maniak gadget?
Okey, kalaupun anak kita main gadget setiap hari,sebenarnya tak masalah. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mereka menggunakannya. Dan durasinya. Apa yang digandrungi digadgetnya?
Gadget juga ada positifnya...lho
Kalau kita downloadkan lagu-lagu anak misalnya, anak belajar banyak kosa kata baru, meniru gerakan penyanyi, dan belajar melafalkan kata-kata baru. Atau kalau kita downloadkan murottal Al Qur'an. Anak-anak belajar menghafal Al Qur'an dengan lebih fasih dari kita.
Masih banyak segi positif lain dari gadget. Terutama untuk akademik kalau kita sebagai ummi yang kece bisa memilihkan aplikasi edukatif buat anak.
Dibanyak negara maju, anak-anak disana sudah akrab dengan gadget. Tomas Suarez misalnya, ia akrab dengan gadget dan kini telah menciptakan app untuk smartphone. Di usia 12 tahun dia sudah menjadi developer kelas dunia. Amazing right???.....
Ada lagi Alexandra Jordan, diusia 9 tahun dia sudah menciptakan app Super Fun Kid Time, sebuah aplikasi untuk membuat jadwal bagi anak-anak. What a great kid you are...
Tak selamanya gadget membawa masalah pada diri anak. bahkan anak bisa juga belajar dari gadget tentang apa yang tidak dilihatnya secara langsung didunia nyata. Misalnya, dia melihat jenis-jenis hewan yang tidak bisa dilihatnya disekitar rumhanya.
Mereka juga bisa belajar menghitung dan membaca dari aplikasi gadget bertema pendidikan. Seperti Marbel, Rumus Matematika, dan aplikasi bertema mata pelajaran sekolah lainnya.
Bagaimana dengan anak-anak kita?
Bimbing mereka untuk mencintai ilmu. Sehingga apapun yang mereka lihat mereka bukan hanya menjadi konsumen tapi juga berfikir untuk menjadi creator, developer, atau founder.
Anak yang sedang bersama gadgetnya memang menunjukkan perilaku seolah tak peduli pada lingkungannya. Tapi usahakanlah agar mereka belajar ''sesuatu yang positif disana''.
So, masih takut dengan gadget?
Titik utamanya adalah pendampingan dan pengawasan. Jangan biarkan anak sendiri bermain dengan gadgetnya tanpa penejelasan atau keterangan apapun. Karena bagaimanapun juga kita memang telah memasuki era gadget. Dimana gadget bukan lagi barang mewah tapi kebutuhan.
Hanya sebagian kecil, sangat kecil dimana sebuah keluarga tanpa gadget.
Jadi, para orang tua mau memutuskan untuk memberi gadget pada anak atau tidak itu bergantung pada kebutuhan si anak. Pastikan apapun yang para orang tua putuskan tidak berdampak buruk.
Jika memang memutuskan anak tanpa gadget, maka kita harus berikan alasan yang tepat dan dimengerti serta diterima anak dengan ikhlas.
Jika memutuskan memberi anak gadget maka awasi pemakaiannya. Batasi fitur-fitur yang digunakan.
Ciptaan manusia memang selalu punya dua sisi, baik dan buruk. Tinggal bagaimana kita akan menggunakannya. It can be a miracle and or disaster.
Posted in: Anak/ Balita
Be the first person to like this.