Aswar M. Djulaifah
by on November 13, 2015
2,865 views

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia itu Mudah


Bagi banyak pelajar, khususnya di sekolah-sekolah formal, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan lagi sebuah tantangan. Pasalnya, belajar Bahasa Indonesia dianggap terlalu mudah, tidak memiliki kerumitan seperti ketika mereka belajar dan mengkaji bidang Matematika, Fisika, atau Kimia. Bahasa Indonesia rasa-rasanya sudah tidak memiliki daya tarik. Kalau kita bereksperimen,banyak pelajar yang lebih gandrung dan senang mendalami ilmu pengetahuan umum, seperti IPA atau IPS.

Gagasan alinea pertama di atas mungkin ada benarnya. Bagi pelajar yang memahami arti penting pengetahuan secara integral, belajar apapun, baik di sekolah atau di lingkungan tempat mereka hidup, memeroleh hasil maksimal pada satu atau beberapa bidang mata pelajaran sudah menjadi tuntutan. Tidak terkecuali pada nilai Bahasa Indonesia.

Coba kita cermati fenomena klasik berkaitan mata pelajaran bahasa Ibu Pertiwi ini. Ada sejumlah alasan mengapa bahasa Indonesia itu dikatakan susah, ada pula alasan mengapa disebut mudah. Beberapa tahun terakhir, hampir semua lulusan terbaik dari sejumlah sekolah yang ada di Indonesia, baik untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) maupun tingkat Sekolah Menengah (SMP dan SMA), hampir tidak pernah kita temukan nilai ujian sempurna pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Paling maksimal nilai 90 sampai dengan 98.

Sangat berbeda kita temukan pada mata pelajaran IPA seperti Biologi dan Fisika, termasuk di dalamnya Matematika dan Bahasa Inggris. Nilai pada beberapa mata pelajaran ini sering menembus angka sempurna, alias 100. Padahal, mencermati kegiatan belajar mengajar di kelas, mata pelajaran ini seperti “monster” yang menakutkan.

Bertolak belakang dengan Bahasa Indonesia yang katanya gampang karena sudah menjadi bahasa berkomunikasi sehari-hari. Belum lagi materinya dianggap lumrah dan ketinggalan zaman alias itu-itu saja. Ada juga yang punya alibi, katanya Bahasa Indonesia itu buat apa, kan sebagai pelajar sudah bisa berbahasa Indonesia. Jadi, buat apa? Nah, alasan konyol seperti itu perlu diberi “penawar” agar tidak menjadi virus.

Mari kita cermati nilai mata pelajaran siswa. Nilai 70 saapai dengan 80 misalnya, nilai ini cukup mudah diperoleh pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Padahal, banyak juga pelajar yang tidak puas dengan nilai 80 itu. Kalau kita beri tantangan untuk berkompetisi meraih nilai di atas itu, saya sedikit ragu untuk menjawab berhasil atau tidak. Jadi, mata pelajaran Bahasa Indonesia itu mudahnya pada segmen apa?

Bahasa Indonesia itu mudah? Ah, masak sih? Saya ingin menjawab pertanyaan ini. Seperti dimaklumkan, nilai 70 sampai 80 itu mudah diperoleh. Namun, nilai sempurna untuk mata pelajaran yang mengandalkan pengetahuan tata bahasa dan ejaannya ini sepertinya mustahil. Itu berkaitan erat dengan bentuk soal yang sering disajikan seperti soal-soal multiplechoice alias pilihan ganda pada ujian. Bentuk soal seperti ini membuat pelajar kadang uring-uringan menentukan pilihan jawaban yang tepat. Biasanya selalu menyisakan dua pilihan yang mirip. Dua sisa pilihan itulah yang sering mem-block nilai dan mentok di bawah angka 100. Kadang sebagian siswa menjawab soal menggunakan jari-jari, sambil bermain seperti dadu. Maksudnya? Ya, ada yang menggunakan jari untuk menghitung jumlah kancing baju. Semacam memilih kunci jawaban. Mungkin Anda berpengalaman?

Sebagai solusi, agar tidak larut dalam menyoal sulit atau tidaknya bahasa Indonesia, setiap pelajar maupun pengajar perlu membedakan makna belajar bahasa Indonesia dengan belajar tentang bahasa Indonesia. Pelajar menganggapnya mudah karena berpusat pada pengertian belajar saja, bukan pengertian tentang bahasa Indonesia.

Belajar bahasa memiliki pengertian, seseorang mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, baik secara langsung melalui tatap muka maupun melalui media, baik suara atau tulisan. Nah, paradigma ini yang harus diluruskan. Di sekolah, pelajar dan pengajar idealnya belajar tentang bahasa Indonesia. Maksudnya, kedua pihak ini mengkaji tentang teori-teori kebahasaan secara detail yang berkaitan dengan tata bahasa (Ejaan yang Disempurnakan) dan penggunaan bahasa sehari-hari, baik formal atau informal.

Kalau paradigma ini bisa disembuhkan, kesan bahasa Indonesia sulit, khususnya dalam menembus angka gold, perlu ditelaah lebih lanjut.

Posted in: Pendidikan
Be the first person to like this.